BERBICARA perihal seksualitas atau seksologi memanglah tidak pernah ada habisnya, serta senantiasa menarik untuk dikupas. Seperti tulisan perihal ‘Komunitas Vibrator’ ini.
Fiturs ini saya bikin seputar th. 2005 serta telah dimuat dimedia tempat saya bekerja, November 2005 lantas dalam dua serial bersambung. Bermula dari hasil riset empat mahasiswa Fakultas Psikologi Untag Surabaya, Sri Astuti, Umiyanti Kristiana, Yunni Dhevie Hapsari, serta Evi Trisna Wulansari, sayapun tertarik untuk lakukan investigasi sendiri.
Seperti apa hasil riset beberapa mahasiswa itu? Juga hasil investigasi yang saya kerjakan?
alat bantu seksualitas
Di kota sebesar Surabaya, ada saja langkah orang penuhi keperluan seksual. Sudah pasti, pilihan untuk meraih kenikmatan seksual wanita lebih terbatas dari pada pria. Namun, yakin atau tak, diam-diam di kota ini ada komune vibrator, sebutan untuk golongan wanita yang penuhi keperluan serta fantasy seksualnya dengan alat sex yang dimaksud vibrator.
Riset yang dikerjakan ke empat mahasiswa ini difokuskan ditiga tempat yaitu lokasi Jagir Wonokromo, Plaza Tunjungan, serta Dinoyo. Ketiga tempat ini berniat diambil lantaran di sana banyak kios atau beberapa toko penjual alat-alat sex yang berkedok juga sebagai toko obat atau penjual kosmetik. Walau sebenarnya sebenarnya, kios serta toko itu sediakan beragam jenis alat bantu pemuas sex (seks toys).
alat bantu seksualitas
Satu diantaranya yaitu vibrator, alat bantu pemuas sex berupa penis yang dapat bergetar, yang konon banyak diburu oleh beberapa wanita yang memerlukan penambahan kenikmatan seksual. Karena itu, ke empat mahasiswa Fakultas Psikologi Untag ini berikan judul penelitiannya ‘Goyang Vibrator di Metropolis’ dengan riset yang dikerjakan mulai 10 April sampai 4 Juni 2005.
Menurut Sri Astuti, untuk beroleh responden yang menggunakan vibrator termasuk susah, lantaran mereka rata-rata tertutup serta malu-malu. Namun bersukur, ke empat peneliti muda ini masih tetap temukan 17 responden yang bersedia diwawancarai. Menurut Sri Astuti, ke 17 responden itu berlatar belakang sosial serta status tidak sama. Ada yang karyawati, ibu rumah-tangga, mahasiswa, bahkan juga pelajar. “Tapi sebagian besar penggunanya yaitu ibu-ibu rumah tangga, ” tuturnya.
alat bantu seksualitas
Disibakkan oleh Umiyanti, terdapat beberapa argumen mengapa beberapa responden ini menggunakan vibrator untuk memuaskan hasrat seksualnya. Ada yang mengakui lantaran kerap ditinggal suami dinas luar kota, lantaran pasangan tak dapat berikan kenikmatan serta variasi style sex, pasangan alami ejakulasi awal hingga tak pernah orgasme. Atau lantaran factor lain seperti libido yang terlalu berlebih sesaat pasangan dingin, maniak sex, mau uji coba, tidak ingin hamil, tidak mau ribet mencari pasangan atau lantaran tak ada komunikasi waktu terkait intim.
Seperti pernyataan NH, salah satu responden dalam riset ini. Karyawati suatu pusat perbelanjaan paling besar di Surabaya ini mengakui betul-betul memerlukan vibrator untuk menyingkirkan stres. “Saya lupa kapan tuturnya mulai memakai alat itu, yang pasti saya betul-betul memerlukan alat itu, lantaran mulai dari coba-coba pada akhirnya sukai, ” kata NH dalam pengakuannya pada beberapa peneliti ini.
alat bantu seksualitas
Demikian dengan juga pernyataan Irma. Ibu rumah-tangga berumur 35 th. ini mengakui ‘lari’ ke vibrator lantaran kesal dengan suaminya yang seseorang sales. Suaminya yang seringkali ada diluar kota, bikin Irma kerap ditinggal sendiri serta kesepian.
“Saya terasa kesal lantaran suami saya kerap keluar kota untuk kirim barang. Pada akhirnya saya bisa info perihal vibrator dari rekan saya. Ya telah saya cobalah gunakan, mulai sejak itu saya mulai menggunakan vibrator, ” kata Irma yang telah menggunakan vibrator mulai sejak 2002 tanpa ada sepengetahuan suaminya.
Lain lagi dengan pernyataan Santi, koresponden yang lain. Wanita yang masih tetap berstatus pelajar ini telah memakai vibrator mulai sejak awal kelas 2. “Sejak awal kelas tiga saya tak tinggal dengan orangtua. Saya kos sendiri. Disana rekan-rekan banyak yang memakai, tak tahu kenapa mendadak saya mau coba. Tanpa ada sepengetahuan rekan-rekan saya, pada akhirnya hingga saat ini saya memiliki vibrator sendiri, ” jelas Santi yang mengakui beli vibrator melalui salah seseorang rekannya disebuah club aerobic.
Lantas type vibrator apa yang paling disenangi oleh beberapa wanita ini? Menurut Yulianti, dia memperoleh sangat banyak pernyataan dari beberapa respondennya. “Vibrator memanglah beberapa macam, yang paling disuka yaitu yang ada getarannya, tuturnya vantasi serta kepuasannya mengagumkan, ” lebih Yuni Dhevie.
Bila dipandang, bentuk serta jenis vibrator memanglah bermacam. Mulai yang bekerja dengan memakai baterai, listrik, maupun dengan cara manual dengan harga yang beragam. Dari mulai yang beberapa ratus ribu sampai jutaan rupiah, bergantung bahan pembuatannya.
Vibrator listrik atau baterai, memiliki bentuk sama juga dengan vibrator manual, tengah getarannya dihasilkan oleh listrik atau baterai. Jumlah baterai yang dipakai memengaruhi tingkat getaran yang dihasilkan. Vibrator ini dapat dilengkapi dengan setelan juga sebagai pengatur kecepatan, bahkan ada yang mempunyai variasi gerakan, maju mundur, berputar, maupun kekanan ke kiri.
Lalu ada pula vibrator Tuty Fruty. Vibrator type ini di buat dari buah-buahan yang dibuat seperti penis serta dibalut dengan kondom, sesaat getarannya dihasilkan dari pemakainya sendiri, buah-buahan dapat berbentuk ketimun, wortel, terong maupun yang lain. Ada pula vibrator yang dapat dibengkokkan sesuai sama hasrat pemakai, dengan beragam variasi seperti mempunyai penggeli, atau stimulator klitoral, dengan beragam jenis bentuk seperti kepala gurita, jari tangan, serta nanas, warnanyapun beragam seperti biru, pink, ungu, serta silver.
Lalu ada lagi vibrator yang mempunyai mutiara di dalamnya. Mutiara ini dapat berputar sesuai sama kecepatan getaran vibrator. Warnanyapun juga beragam, biru, ungu, silver serta pink. Harga vibrator type ini sekitar pada Rp 650 ribu sampai Rp 800 ribu. Ada juga vibrator yang berupa seperti lipstick dengan ukuran yang lebih kecil, dengan harga yang lebih murah juga pada Rp 150 ribu sampai Rp 175 ribu.